Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap | Arsip | Terms of Use | Dcma Disclaimer
Home » » Saran Pelajar RI di Belanda Tentang Kurikulum 2013

Saran Pelajar RI di Belanda Tentang Kurikulum 2013

Selasa, 08 Januari 2013

Diskusi pelajar&masyarakat Indonesia di Belanda terkait penerapan Kurikulum 2013. (Foto: dok. PPI Belanda)
JAKARTA - Jika sesuai rencana, penerapan Kurikulum 2013 akan dimulai pada Juni mendatang. Meski tinggal beberapa bulan lagi, polemik tentang kurikulum baru ini terus bergulir, baik di dalam maupun luar negeri.

Bahkan, pelajar dan masyarakat Indonesia di Utrecht, Belanda, merasa harus berkumpul untuk mendiskusikan rencana penggantian kurikulum pendidikan nasional tersebut. Diskusi diinisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Utrecht – Belanda dan digelar di Aula Stichting Generasi Baru, Utrecht, Belanda, beberapa waktu.

"Pada dasarnya forum mengapresiasi langkah pemerintah yang membuka peluang kepada publik untuk berpartisipasi pada pengambilan kebijakan kurikulum 2013," demikian seperti dilansir situs PPI Belanda, Senin (7/1/2013),

Peserta diskusi pun memfokuskan pembahasan pada kurikulum SD, khususnya pada empat item mata pelajaran yakni PPKn, Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Forum menilai, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dapat dilebur atau dihilangkan.  Sebenarnya, pendidikan karakter tetap diperlukan, namun dengan menguatkan aspek implementasinya, bukan doktrinal semata.

Mereka mencontohkan, untuk mengajarkan definisi kebaikan, siswa SD di Belanda diminta melakukan sesuatu secara langsung. Misalnya, mereka diminta berkorespondensi dengan veteran atau korban perang. Para siswa ini belajar berempati dan merasakan langsung bagaimana perasaan veteran kehilangan anggota tubuhnya, atau bagaimana perasaan masyarakat kehilangan keluarga akibat perang.

Kemudian, guru membimbing para siswa untuk menindaklanjuti temuan mereka. Para guru bisa mengarahkan siswanya untuk membuat acara penggalangan dana bagi para veteran dan korban perang. Dana yang akan disumbangkan kepada legiun veteran maupun keluarga korban perang didapat dengan menjual kue atau kerajinan tangan buatan siswa.

"Ini adalah contoh yang baik yang dapat dirujuk sebagai ruh pelajaran kewarganegaraan, sekalipun tanpa melembagakannya dengan mata pelajaran PPKn," tulis PPI.

Pada pelajaran matematika, peserta diskusi menilai adanya repetisi materi pelajaran di berbagai jenjang pendidikan. Akibatnya, siswa menerima kurikulum yang cenderung berat bagi usia mereka. Tidak hanya itu, sering kali guru juga tidak dapat memberikan materi secara tuntas.

Repetisi ini, ujar mereka, sangat menghabiskan waktu. Sebaiknya, konten kurikulum mata pelajaran Matematika dievaluasi. Dengan demikian, materi yang dapat berulang bisa dihilangkan. Konsep ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain.

Sebaliknya, forum berpendapat bahwa penghapusan mata pelajaran IPA untuk tingkat SD keliru. Forum menekankan, materi pelajaran IPA diajarkan dengan pendekatan eksperimental, misalnya melalui permainan di alam atau menggunakan alat peraga. Cara ini akan merangsang inquisitive minds (IM), yaitu jiwa yang selalu terusik untuk belajar dan mencari tahu ilmu/kebenaran. IM, bermanfaat untuk menanamkan minat belajar siswa terhadap sains.

Pelajaran lain yang sebaiknya tetap dipertahankan adalah Bahasa Inggris. Forum beralasan, pemerintah Indonesia seharusnya belajar dari praktik-praktik kesuksesan dari India, Pakistan, dan Malaysia. Negara-negara itu mendesain bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sudah diterima sejak SD tingkat awal mengingat pentingnya bahasa Inggris dalam pergaulan dunia.

Namun demikian, forum menekankan, hendaknya materi yang diajarkan bukan tekstual, melainkan praktikal. Jadi, siswa dibiasakan berbahasa Inggris, dan bukan sekedar diajari menghapal rumus-rumus bahasa

No Responses to "Saran Pelajar RI di Belanda Tentang Kurikulum 2013 "